MANAJEMEN KONFLIK DAN PENYELESAIAN MASALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Kecakapan Antar Personal
Dosen Pengampu : Hesty Puspitasari, S.Pd, M.Pd
ANGGOTA KELOMPOK :
1.
WAHYU SUCI
SAPUTRI (14104410029)
2.
ERIK
WAHYUDI (14104410012)
3.
AZEEM DIAX (14104410036)
PROGRAM
STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS
ISLAM BALITAR
BLITAR
2017
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Sepanjang
kehidupan manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik
baik itu secara individu maupun organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindarkan. Demikian halnya dengan kehidupan organisasi, setiap
anggota organisasi senantiasa dihadapkan pada konflik entah itu konflik
antar individu, konflik antar kelompok atau yang lain. Di dalam
organisasai perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan konflik
(destruktif). Dalam paradigma lama banyak orang percaya bahwa konflik akan
menghambat organisasi berkembang. Namun dalam paradigma baru ada pandangan yang
berbeda. Konflik memang bisa menghambat, jika tidak dikelola dengan baik, namun
jika dikelola dengan baik konflik bisa menjadi pemicu berkembangnya organisasi
menjadi lebih produktif.
Manajemen konflik sangat
berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin organisasi dituntut menguasai
manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak positif untuk
meningkatkan mutu organisasi. Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi
dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik, termasuk
pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada
bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan
bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi
efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Dalam kehidupan sehari hari
manusia juga sering mengalami masalah baik secara individu maupun dalam
kelompok. Dalam menyelesaikan masalah seseorang dapat melakukan berbagai cara,
metode dan pemikiran yang sesuai untuk menempuh langkah dalam menyelesaikan
masalah - masalah yang dihadapi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat ditentukan
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa definisi konflik?
2.
Apa saja yang menjadi sumber penyebab
konflik?
3.
Apa saja Jenis-jenis konflik?
4.
Apa saja tingkatan konflik?
5.
Bagaimana penyelesaian konflik?
6.
Apa saja gaya manajemen konflik?
7.
Apa definisi masalah dan bagaimana
pemecahannya?
8.
Apa saja hambatan penyelesaian masalah?
9.
Bagaimana studi kasus konflik dan masalah di
lingkungan kerja?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini,adalah:
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah kecakapan
antar personal.
2.
Sebagai media pembelajaran mengenai Manajemen
Konflik dan Penyelesaian Masalah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI KONFLIK
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik
diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga
kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Gillin dan Gillin (1948) Konflik adalah proses sosial
dimana individu atau kelompok mencapai tujuan mereka secara langsung menantang
pihak lain dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan. Singkatnya, dapat
dikatakan bahwa konflik mengacu pada perjuangan di antara pihak yang bersaing,
berusaha untuk mencapai tujuan, berusaha untuk menghilangkan lawan dengan
membuat pihak lain tidak berdaya.
B. SUMBER PENYEBAB KONFLIK
Berikut
ini adalah beberapa sumber ataupun faktor yang menyebabkan terjadinya konflik,
baik konflik di masyarakat maupun dalam suatu organisasi.
- Perbedaan Pandangan
- Perbedaan Persepsi
- Perbedaan Kepentingan
- Kurangnya Komunikasi
- Persaingan atau kompetisi
- Perbedaan status dan budaya
- Egoisme (keakuan)
- Diskriminasi
- Kebencian
C. JENIS-JENIS
KONFLIK BERDASARKAN TINGKATANNYA
Konflik itu mempunyai
banyak jenis seperti yang dikatakan James A.F. Stoner dan Charles Wankel
dikenal ada lima jenis konflik yaitu konflik intrapersonal, konflik
interpersonal, konflik antar individu dan kelompok, konflik antar kelompok dan
konflik antar organisasi.
1.
Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal
adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi bila pada
waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin dipenuhi
sekaligus. Sebagaimana diketahui bahwa dalam diri seseorang itu biasanya
terdapat hal-hal sebagai berikut:
a.
Sejumlah kebutuhan-kebutuhan dan
peranan-peranan yang bersaing
b.
Banyaknya bentuk halangan-halangan yang bisa
terjadi di antara dorongan dan tujuan.
c.
Terdapatnya baik aspek yang positif maupun
negatif yang menghalangi tujuan tujuanyang diinginkan.
Hal-hal di atas dalam
proses adaptasi seseorang terhadap lingkungannya acap kali menimbulkan konflik.
Kalau konflik dibiarkan maka akan menimbulkan keadaan yang tidak menyenangkan.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal
yaitu :
a.
Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya
orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama menarik.
b.
Konflik pendekatan penghindaran, contohnya
orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang sama menyulitkan.
c.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya
orang yang dihadapkan pada satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif
sekaligus.
2.
Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal
adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan
kepentingan atau keinginan. Maka Hal ini sering terjadi antara dua orang yang
berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik interpersonal ini
merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku organisasi. Karena konflik
semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari beberapa anggota organisasi
yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Konflik antar individu-individu dan kelompok-kelompok Hal ini
seringkali berhubungan dengan cara individu menghadapi tekanan-tekanan untuk
mencapai konformitas, yang ditekankan kepada mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat
dikatakan bahwa seseorang individu dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena
ia tidak dapat mencapai norma-norma produktivitas kelompok dimana ia berada.
Konflik antara kelompok
dalam organisasi yang sama Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak
terjadi di dalam organisasiorganisasi. Konflik antar lini dan staf, pekerja dan
pekerja manajemen merupakan dua macam bidang konflik antar kelompok. Konflik
antara organisasi Contoh seperti di bidang ekonomi dimana Amerika Serikat dan
negara-negara lain dianggap sebagai bentuk konflik, dan konflik ini biasanya
disebut dengan persaingan.Konflik ini berdasarkan pengalaman ternyata telah
menyebabkan timbulnya pengembangan produk-produk baru, teknologi baru dan
servis baru, harga lebih rendah dan pemanfaatan sumber daya secara lebih
efisien.
3.
Konflik antar perorangan
Konflik antar perorangan
terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Konflik ini
biasanya disebabkan oleh adanya perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam
organisasi. Hal ini biasanya pernah dialami oleh setiap anggota organisasi baik
hanya dirasakan sendiri maupun ditunjukkan dengan sikap. Misalnya seorang
manajer pemasaran merasa tidak senang dengan hasil kerja manajer produksi. Akan
tetapi perasaan ini tidak selalu dilakukan secara terbuka tapi bisa juga secara
diam-diam. Apabila ini berlangsung lebih lama, bisa menyebabkan ketidak
selarasan dalam pengambilan keputusan
4.
Konflik Antar Kelompok
Konflik antar perorangan
terjadi antara satu individu dengan individu lain atau lebih. Tingkat lainnya
dalam konflik di organisasi adalah konflik antar kelompok. Seperti diketahui
bahwa sebuah organisasi terbentuk dari beberapa kelompok kerja yang terdiri
dari banyak unit. Apabila diantara unit-unit disuatu kelompok mengalami
pertentangan dengan unit-unit dari kelompok lain maka manajer merupakan pihak
yang harus bisa menjadi penghubung antara keduanya. Hubungan pertentangan ini
apabila dipertahankan maka akan menjadi koordinasi dan integrasi
kegiatan-kegiatan menjadi sulit.
5.
Konflik antar organisasi
Konflik juga bisa terjadi
antara organisasi yang satu dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan
oleh persaingan dari perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa
terjadi karena adanya ketidak cocokan suaut badan terhadap kinerja suatu
organisasi.
Sebagai contoh badan
serikat pekerja di cocok dengan perlakuan suatu perusahaan terhadap pekerja
yang menjadi anggota serikatnya. Konflik ini dimulai dari ketidak sesuaian
antara para manajer sebagai individu yang mewakili organisasi secara total.
Pada situasi konflik seperti ini para manajer tingkat menengah kebawah bisa
berperan sebagai penghubung-penghubung dengan pihak luar yang berhubungan
dengan bidangnya.
Apabila konflik ini bisa
diselesaikan dengan prioritas keorganisasian atau perbaikan pada kegiatan
organisasi, maka konflik-konflik bisa dijadikan perbaikan demi kemajuan
organisasi.
D. PENYELESAIAN KONFLIK
Menurut
Maswadi Rauf (2001 : 8-12) penyelesaian konflik adalah usaha-usaha yang
dilakukan untuk menyelesaikan atau menghilangkan konflik dengan cara mencari
kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. Penyelesaian
konflik diperlukan untuk mencegah : (1) semakin mendalamnya konflik, yang
berarti semakin tajamnya perbedaan antara pihak-pihak yang berkonflik ; (2)
semakin meluasnya konflik, yang berarti semakin banyaknya jumlah peserta
masing-masing pihak yang berkonflik yang berakibat konflik semakin mendalam dan
meluas, bahkan menimbulkan disintergrasi masyarakat yang dapat menghasilkan dua
kelompok masyarakat yang terpisah dan bermusuhan.
Ada
dua cara penyelesaian konflik yaitu :
1. Secara
persuasif, yaitu menggunakan perundingan dan musyawarah untuk mecari titik temu
antara pihak-pihak yang berkonflik. Pihak-pihak yang berkonflik melakukan
perundingan, baik antara mereka saja maupun manggunakan pihak ketiga yang bertindak
sebagai mediator atau juru damai.
2. Secara
koersif, yaitu menggunakan kekerasan fisik atau ancaman kekerasan fisik untuk
menghilangkan perbedaan pendapat antara pihak-pihak yang terlibat konflik.
Menurut
Soerjono Soekanto (1990 : 77-78)
cara penyelesaian konflik mempunyai beberapa bentuk, yaitu :
- Coercion, adalah suatu cara
penyelesaian konflik yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya
paksaan, di antara salah-satu pihak berada dalam keadaan yang lemah bila
dibandingkan dengan pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara
fisik (secara !angsung), maupun secara psikologis (secara tidak langsung).
- Compromise, adalah suatu cara
penyelesaian konflik di antara pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang
ada. Sikap dasar untuk dapat sanakan compromise ada!ah bahwa salah satu
pihak bersedia untuk merasakan dan memahami keadaan pihak lainnya dan
begitu pula sebaliknya.
- Arbitration, merupakan suatu
cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak
sanggup mencapainya sendiri. Pertentangan diselesaikan oleh pihak ketiga
yang dipi!ih oleh kedua belah pihak atau oleh suatu badan yang
berkedudukan lebih tinggi dari pihak-pihak yang bertentangan.
- Mediation, adalah suatu cara
penyelesaian konflik dengan mengundang pihak ketiga yang netral dalam soal
perselisihan yang ada. Pihák ketiga tersebut tugas utamanya adalah
mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanya
sebagai penasihat dan tidak mempunyai wewenang untuk memberi
keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.
- Conciliation, adalah suatu
usaha untuk mempertemukan keinginan keinginan dari pihak-pihak yang
berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
- Toleration
(tolerant-participation) adalah suatu cara penyelesaian konflik tanpa
persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara
tidak sadar dan tanpa direncanakan.
- Stalemate, adalah suatu cara
penyelesaian konflik ketika pihak-pihak yang bententangan karena mempunyai
kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya. Hal ini disebabkan karena bagi kedua belah pihak sudah
tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur.
- Adjudication, adalah suatu cara
penyelesaian konflik atau sengketa di pengadilan.
E. MANAJEMEN
KONFLIK
Ada
macam-macam label deskriptif untuk lima macam gaya, sebagai berikut:
1.
Gaya pesaing
Gaya
bersaing berorientasi pada kekuasaan, dan konflik dihadapi dengan strategi
menang/kalah. Pada sisi negatif, seorang pesaing mungkin melakukan tekanan,
intimidasi bahkan paksaan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam konflik.
Pada sisi positif, gaya bersaingan demikian mungkin diperlukan apabila dituntut
adanya suatu tindakan desisif cepat, atau apabila perlu dilaksanakan
tindakan-tindakan penting yang tidak bersifat populer.
2.
Manajemen yang menghindari diri dari
konflik
Gaya
memanajen konflik dengan menghindarkan diri dari konflik cenderung kearah
bersikap netral sewaktu adanya keharusan untuk mengambil posisi atau sikap
tertentu. Gaya ini dapat diterapkan apabila konflik yang terjadi tidak
berdampak terlalu banyak terhadap efektivitas manajerial. Tindakan ini tepat
untuk mengurangi ketegangan yang terjadi.
3.
Akomodator
Gaya
akomodator menghendaki konflik diselesaikan tanpa masing-masing pihak yang
terlibat dalam konflik, menyajikan pandangan-pandangan mereka dengan keras dan
berarti. Gaya ini bermanfaat apabila sebuah konflik lebih penting bagi orang
lainnya, memberikan pengalaman dan perasaan menang bagi orang lain, dan
menjadikan orang tersebut lebih reseptif tentang persoalan lain yang lebih
penting.
4.
Manajemen yang Menekankan Kompromi
Gaya
manajemen ini adalah gaya yang paling realitas yang dapat memberikan hasil dalam
jangka waktu yang disediakan untuk menyelesaikan konflik. Apabila dalam
kompromi para partisipan turut berbagi dalam kondisi kemenangan maupun
kekalahan, maka ini merupakan variasi dari strategi “menang-menang”. Akan
tetapi apabila kompromi dilakukan untuk melunakkan persoalan dan menggerogoti
kepercayaan diantara pihak yang berkonflik, maka ini mendekati strategi
“kalah-kalah”.
5.
Kolaborator
Gaya
manajemen konflik ini bisa dilakukan apabila pihak-pihak yang berkonflik
merumuskan kembali persoalannya dan kemudian dicari pemecahannya. Manajemen
konflik gaya ini perlu dilakukan apabila persoalan-persoalan yang menimbulkan
konfli penting bagi kedua belah pihak yang berkonflik. Maka dari itu sekalipun
sulit dan membutuhkan biaya-biaya besar tetap harus diupayakan.
F. MASALAH DAN PEMECAHANNYA
Masalah
adalah segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya suatu tujuan yang telah
direncanakan. Atau suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Masalah merupakan kesenjangan antara teori dengan fakta empiris,antara yang
ditetapkan sebagai kewajiban dengan kenyataan implimentasian kenyataan.
Dalam masalah terdiri
dari beberapa masalah, yaitu :
1. Berdasarkan resikonya : masalah
ringan/sederhana dan masalah berat/rumit.
2. Berdasarkan sifatnya : masalah
pribadi dan juga kelompok.
3. Berdasar penyababnya : masalah
umum dan masalah sosial.
4. Berdasarkan bidangnya : masalah
tehnis dan masalah non tehnis.
Masalah Sederhana (simple
problem)
Cirinya adalah berskala
kecil, berdiri sendiri, tidak mengandung konsekwensi yang besar, pemecahan
tidak memerlukan pemikiran luas dan mendalam.
Masalah Rumit (complex
problem)
Cirinya adalah berkala
besar, tidak berdiri sendiri, mengandung konsekuensi besar, pemecahannya
memerlukan pemikiran yang tajam dan analistis. Jenis dari masalah ini ada dua
yaitu:
1. Masalah terstruktur yaitu
masalah yang jelas faktor penyebabnya,bersifat rutin dan biasnya timbul
berulang kali sehingga pemecahannya dapat ddilakukan dengan tehnik pengambilan
keputusan yang bersifat rutin, repetif dan dibakukan.
2. Masalah yang tidak terstruktur
yaitu penyimpangn dari suatu masalah organisasi yang bersifat umum, tidak
rutin, tidak jelas factor penyebabnya dan konsekuensinya, serta tidak
repetitif.
Proses penemuan Masalah
Masalah
biasanya bersifat informal dan intutif. Empat macam situasi biasanya
memberikan peringatan tentang kemungkinan adanya masalah yaitu:
1. Deviasi dari pengalaman masa
lalu
2. Deviasi dari rencana yang
ditetapkan
3. Orang lain
4. Prestasi pesaing
Pengakuan
adanya masalah tidak dapat dipisahkan dari sejarah ketika membuat keputusan.Ada
beberapa jenis pendekatan sistematis untuk pemecahan masalah yaitu :
1. Persiapan, memandang perusahaan
sebagai suatu system dengan memahami lingkungan perusahaan.
2. Devisi bergerak dari tingkat
system ke subsistem
3. Solusi yaitu mengidentifikasi
solusi alternative, menerapkan dan menentukan tindak lanjut.
1. Trial & error
2. Intuisi
3. Nursing process
4. Scientifik methode/Research
Process
Pembuatan keputusan untuk
pemecahan masalah
Pembuatan keputusan untuk
pemecahan masalah mengandung arti:
1. Tindakan
memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau memanfaatkan
peluang keuntungan.
2. Bukan
didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.
3. Keputusan
adalah pemilihan suatu stategi atau tindakan.
4. Pengambilan
keputusan adalah tindakan memilih strategi.
5. Salah
satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi berbagai alternatif keputusan.
6. Setelah
berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi tiap alternatif.
7. Evaluasi
harus mempertimbangkan kendala, baik kendala intern maupun kendala lingkungan.
Kebijakan umum yang dapat membantu:
1. Semakin
dekat keputusan dibuat dengan asal/sumber masalah, semakin baik.
2. Biasanya
mereka yang berada paling dekat dengan masalah berada dalam posisi terbaik
untuk memutuskan apa yang akan dikerjakan
Kebijakan mempunyai dua
konsekuensi :
1. Sedikit
mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih atas dalam organisasi
2. Sebanyak
mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih bawah dalam organisasi.
Ringkasan pembuatan keputusan untuk pemecahan
masalah :
1. Menghubungkan pembuatan
keputusan dengan ide bahwa manajer berhubungan dengan waktu dan hubungan antar
manusia.
2. Melihat pembuatan keputusan
sebagai masalah kompleks dari psikologi dan memahami dunia seseorang.
3. Membedakan keputusan
terstruktur dari keputusan tidak terstruktur.
4. Menjelaskan proses pembuatan
keputusan rasional.
5. Menempatkan pembuatan keputusan
rasional dalam perspektif sebagai suatu proses yang dipengaruhi oleh
rasionalitas terbatas, memadai dan heuristic.
6. Menjelaskan bagaimana teori
siasat dan teori kekacauan menguraikan konteks yang lebih luas yang didalamnya
manajer menetapkan keputusan.
G. HAMBATAN PENYELESAIAN MASALAH
Selanjutnya, untuk menambah
wawasan tentang kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam memecahkan
masalah, berikut ini daftar yang disadur dari buku tulisan Arthur Whimbey dan
Jack Lochhead tahun 1999 yang berjudul “Problem solving and
Comprehension”.
1.
Ketidakcermatan dalam membaca.
a.
Membaca soal tanpa perhatian yang
kuat pada makna/pengertiannya.
b.
Mengabaikan satu atau lebih
kata yang kurang familiar.
c.
Mengabaikan satu atau lebih
fakta atau ide.
d.
Tidak membaca kembali bagian yang
sulit.
e.
Memulai menyelesaikan soal sebelum
membaca lengkap soal tersebut.
2.
Ketidakcermatan dalam berpikir.
a.
Mengabaikan akurasi (mendahulukan kecepatan).
b.
Mengabaikan kecermatan penggunaan
beberapa operasi.
c.
Mengartikan kata atau melakukan
operasi secara tidak konsisten.
d.
Tidak memeriksa rumus atau
prosedur saat merasa ada yang tidak benar.
e.
Bekerja terlalu cepat.
f.
Mengambil kesimpulan di pertengahan jalan
tanpa pemikiran yang matang.
3.
Kelemahan dalam analisis masalah.
a
Gagal membedah masalah kompleks menjadi
bagian-bagian atau gagal menggunakan bagian-bagian masalah untuk memahami
masalah secara keseluruhan.
b
Tidak menggunakan pengetahuan atau konsep
utama untuk mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas.
c
Tidak menggunakan kamus atau sumber lainnya
saat diperlukan untuk mamahami masalah.
d
Tidak secara aktif mengkonstruksi ide atau
gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di atas kertas dapat membantu
memahami masalahnya).
4.
Kekuranggigihan.
a
Tidak percaya diri atau
menganggap enteng masalah.
b
Memilih jawaban berdasarkan intuisi belaka
(menggunakan perasaan dalam mencoba menebak jawaban).
c
Menyelesaikan masalah hanya
secara teknis belaka tanpa pemikiran.
d
Berpikir nalar hanya pada bagian kecil
masalah, menyerah, lalu melompat pada kesimpulan.
e
Menggunakan pendekatan “sekali tembak” dalam
menyelesaikan masalah, dan bila tidak berhasil lalu menyerah.
H. STUDI KASUS DI LINGKUNGAN KERJA
1.
Konflik
Perbedaan Karakter Dengan Rekan Kerja
Penyebab konflik di tempat kerja selanjutnya adalah perbedaan
kepribadian dan karakter tiap-tiap karyawan. Apalagi di Indonesia dengan
beragamnya suku bangsa, perbedaan latar belakang dan tempat seseorang
dibesarkan bisa menjadi pemicu terjadinya konflik. Sederhananya saja, gaya
bicara seseorang yang berbeda dengan lingkungan tempat Anda dibesarkan dapat
menyinggung Anda. Misalnya, nada bicara dia terlalu keras dan terlihat seperti
orang yang sedang marah. Padahal di beberapa tempat terutama Sumatera, hal
tersebut adalah sesuatu yang lumrah.
Solusi:
Kunci dari
mengatasi hal ini adalah saling menghargai dan tidak terlebih dahulu menghakimi
rekan kerja yang berbeda kepribadian dan karakter dengan Anda. Kenali orang
lebih jauh, Anda akan menyaksikan bahwa perbedaan dapat menjadi berkah dan
membuat lingkungan kerja lebih berwarna.
2.
Karyawan membuat kesalahan di tempat kerja
Setiap manusia dapat membuat kesalahan, tak
terkecuali di tempat kerja. Anda tidak sengaja membuat kesalahan yang sangat
fatal dan dapat merugikan perusahaan.
Solusi:
Cepat-cepat
informasikan kesalahan Anda kepada bos Anda. Jangan sampai bos Anda mendengar
dari pihak lain karena nantinya Anda akan dianggap sebagai orang yang tidak
bertanggungjawab. Jelaskan Anda merasa sangat bersalah dengan kesalahan yang
Anda buat, katakan Anda mengerti impact dari perbuatan Anda terhadap
perusahaan. Kemudian jelaskan bagaimana Anda dapat meminimalkan efeknya, serta
memastikan agar kesalahan tersebut tidak terulang.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas
disimpulkan bahwa Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti
saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses
sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya. sedangkan masalah adalah sesuatu "hal" atau kejadian yang
membuat 'langkah" kita terhenti untuk beberapa waktu dan harus
diselesaikan untuk meneruskan "langkah" kita, jika kita tidak dapat
menyelesaikannya amak kita punya tiga pilihan yaitu berhenti selamanya,
berbalik arah atau mencari jalan yang lain.
B. SARAN
Untuk mengatasi konflik
diperlukan pihak yang dapat bersikap netral dalam mengambil sebuah keputusan
sehingga konflik dalam manajemen dapat diatasi dan diarahkan ke arah yang lebih
baik. Sedangkan untuk penyelesaian masalah diperlukan pemikiran yang jernih
untuk dapat menyelesaikan masalah dengan tidak menghindarinya.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Hakim, 2008. Manajemen Pendidikan.
Yogyakarta : Genta Press.
Laswi, titin, 2014.
Manajemen Konflik.(online).(http://titin-stie.blogspot.co.id/2014/09/makalah-manajemen-konflik.html)
Yani, Sri, 2016. Manajemen Konflik.(online).
( http://sriyanipuspita.blogspot.co.id/2016/04/makalah-manajemen-konflik.html
diakses 26 Oktober 2017)
Mitta, Gek. 2013. Tingkatan Konflik. (online).
Industry, manajemen, 2016. Pengertian Konflik dan Jenis-jenis Konflik
berdasarkan Tingkatannya. (online). (http://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-konflik-dan-jenis-jenis-konflik-berdasarkan-tingkatannya/
diakses 26 Oktober 2017)
Setyawan,
Doni, 2016. Cara penyelesaian konflik. (online).
(http://www.donisetyawan.com/cara-penyelesaian-konflik/
diakses 26 Oktober 2017)
Asrar,
2016. Hambatan
dan Kesulitan Dalam Memecahkan Masalah.(online). (http://www.asraraspia.web.id/2012/11/hambatan-dan-kesulitan-dalam-memecahkan.html
diakses 26 Oktober 2017)
Mutia,
Noor, 2014. Tipe-tipe masalah dan pemecahannya.(online).
(http://noormutia.blogspot.co.id/2013/07/tipe-tipe-masalah-dan-pemecahannya.html
diakses 26 Oktober 2017)
Anonymouse,
2014. ANEKA MACAM GAYA MANAJEMEN KONFLIK.(online).
(http://perilakudanperkembanganorganisasi.blogspot.co.id/2011/05/normal-0-false-false-false_3799.html
diakses 26 Oktober 2017)
Syaputri, Yulita, 2009. Perbedaan konflik, masalah dan solusi. (online). (http://cassiopeialovers.blogspot.co.id/2009/11/perbedaan-konflik-masalah-dan-solusi.html diakses 26 Oktober 2017)
PPKN, guru, 2016. 8 pengertian konflik menurut para ahli. (online). (https://guruppkn.com/pengertian-konflik-menurut-para-ahli diakses 26 Oktober 2017)
Yudiono, Herman, 2017. Masalah di tempat kerja. (online) (http://www.duniakaryawan.com/masalah-di-tempat-kerja/ diakses 26 Oktiber 2017)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar